Quote:
Quote:
|
Code:
Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Batas-batas geografis wilayah Kampung Takpala antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan Desa Welai Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Likwatang, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembur Barat.
Tentang Kampung Takpala
Quote:
Kabupaten
Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah
terluar Indonesia. Salah satu pulau di kabupaten ini, Pulau Alor,
berbatasan langsung dengan Timor Leste (http://id.wikipedia.org).
Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran
Magelhaens ketika mengelilingi dunia. Dikisahkan, setelah membeli
rempah-rempah dari Maluku dan sebelum kembali berlayar ke Eropa, kapal
Victoria yang ditumpangi Magelhaens sempat singgah di Alor pada 12
Januari 1522 (www.alorkab.go.id).
Kabupaten Alor menyimpan banyak potensi yang masih alami, terutama potensi kelautan yang menjadi aset wisata andalan kabupaten yang wilayahnya berwujud kepulauan ini. Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini memiliki pesona taman bawah laut yang menurut Karl Muller dalam buku "East of Bali: From Lombok to Timor"(1991), termasuk salah satu taman bawah laut berkelas dunia . Bahkan, Taman Laut Alor disebut-sebut sebagai taman bahwa laut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia di benua Amerika . Namun, pariwisata Kabupaten Alor ternyata tidak hanya mengandalkan dari sektor wisata bahari saja. Terdapat sejumlah potensi wisata budaya yang juga menjadi kebanggaan kabupaten yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa ini. Salah satu yang obyek wisata nonbahari yang paling banyak dikunjungi adalah Kampung Tradisional Takpala yang berlokasi di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, NTT. Desa wisata Takpala telah dikenal dunia dan hampir setiap hari ada wisatawan yang datang berkunjung, khususnya turis asing. Kampung Takpala terletak di lereng bukit pada ketinggian kurang lebih 150 meter di atas permukaan laut. Kampung Tradisional Takpala menjadi aset wisata yang sudah dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten Alor sebagai cagar budaya. |
Quote:
Quote:
|
Quote:
Nuansa pemandangan yang tersaji di Takpala cukup menarik karena desa ini menghadap ke laut (www.pauluswiratno.com).
Dari perkampungan ini, Anda dapat menikmati keindahan Teluk Benlelang
dan lingkungan sekitarnya. Sesampainya Anda di Kampung Tradisional
Takpala, Anda akan disambut dengan Tari Lego-Lego oleh penduduk
setempat. Tarian khas Takpala ini dilakukan secara massal dengan
bergandengan tangan secara melingkar. Para penari Lego-Lego memakai
busana adat, sementara rambut kaum perempuan dibiarkan terurai. Di kaki
para penari, dipasang gelang perak yang akan memantulkan bunyi
gemerincing jika digerakkan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Tetabuhan
gong dan gendang dari kuningan atau moko mengiringi polah para penari
yang bergerak rancak sambil mengumandangkan lagu dan pantun dalam bahasa
adat setempat.
Biasanya, Lego-Lego ditarikan selama semalam suntuk. Anda dan para pengunjung lain pun bisa turut menari bersama warga masyarakat Kampung Takpala. Menurut tetua adat setempat, Lego-Lego yang menjadi tarian khas Suku Abui, warga asli Takpala, merupakan lambang kekuatan persatuan dan persaudaraan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Dalam legenda dikisahkan bahwa Suku Abui adalah pendiri kerajaan tertua yang pernah ada di Alor, yaitu Kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor. Tari Lego-Lego dilakukan dengan mengelilingi tiga batu bersusun berbentuk lingkaran yang disebut mesbah. Konon, mesbah dibangun masa prasejarah dengan mengorbankan kepala manusia sebagai tumbal. Persembahan kepala manusia itulah yang membuat mesbah menjadi dikeramatkan. Ketiga mesbah yang disakralkan itu melambangkan tiga kelompok yang terdapat dalam Suku Abui, antara lain Suku Kapitang yang merupakan suku perang, Suku Aweni yang terdiri dari kaum raja/bangsawan, dan Suku Marang atau suku perantara. Setiap suku memiliki wewenang sesuai kedudukannya masing-masing. Biasanya, ketiga kelompok suku ini saling berinteraksi saat menjalankan suatu pekerjaan. Misalnya, sebagai suku raja, Suku Marang memberi perintah kepada Suku Aweni untuk disampaikan kepada Suku Kapitang agar pergi berperang (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). |
Quote:
Quote:
|
Keistimewaan Kampung Takpala
Quote:
Selain
Tari Lego-Lego, yang menjadi daya tarik Kampung Takpala adalah
rumah-rumah tradisional Suku Abui yang biasa disebut dengan nama Rumah
Lopo. Anda bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat keunikan rumah adat
yang masih digunakan sebagai tempat tinggal tersebut. Rumah adat yang
masing-masing dihuni oleh sekitar 13 kepala keluarga itu terdiri dari
dua jenis rumah, yakni Kolwat dan Kanuruat. Rumah Kolwat terbuka untuk
umum, siapapun boleh masuk termasuk anak-anak dan perempuan. Sedangkan
yang boleh masuk ke rumah Kanuruat hanya kalangan tertentu. Anak-anak
dan perempuan dilarang keras memasuki rumah Kanuruat, jika dilanggar
akan menimbulkan penyakit di mana proses penyembuhannya harus dilakukan
dengan upacara adat (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).
Rumah adat Takpala terbuat dari bambu dan berbentuk piramida, beratap alang-alang, serta disangga oleh 6 tiang yang terbuat dari kayu merah. Di bagian atas rumah terdapat ornamen berbentuk tangan terbuka sebagai simbol permintaan berkat kepada Yang Maha Kuasa. Setiap Rumah Lopo memiliki tiga lantai. Lantai paling bawah berfungsi sebagai dapur dan ruang tidur, lantai dua digunakan untuk menyimpan jagung atau bahan makanan lainnya, dan apabila lantai dua sudah penuh, bahan makanan itu bisa disimpan di lantai tiga yang juga berfungsi sebagai gudang. Lantai dua juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang datang. Bisa jadi, oleh pemilik rumah Anda akan dijamu dengan segelas kopi manis |
Quote:
Rumah Adat Takpala
Lantai
paling atas juga sering dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang
berharga, termasuk untuk menyimpan moko atau nekara. Moko adalah gendang
dari kuningan yang merupakan warisan budaya perundagian dari zaman
perunggu (diperkirakan antara tahun 1.000 hingga 500 Sebelum Masehi).
Selain digunakan untuk mengiringi Tari Lego-Lego, moko juga berfungsi
sebagai bagian dari ritual perkimpoian adat Takpala untuk mas kimpoi
atau belis dalam bahasa adat setempat (www.katcenter.info). Cukup sulit memisahkan peran moko dalam kehidupan masyarakat Alor, terutama dalam ritual perkimpoian adat.
Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di Gianyar, Bali. Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti prosesi tata cara perkimpoian itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya. Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk menambah koleksi barang-barang unik Anda.
Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu. Barang-barang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko, tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.
Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di Gianyar, Bali. Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti prosesi tata cara perkimpoian itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya. Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk menambah koleksi barang-barang unik Anda.
Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu. Barang-barang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko, tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.
Quote:
Moko, Sangat Lekat dengan Tradisi Masyarakat Takpala. |
Akses ke Kampung Takpala
Quote:
Akses
menuju Kabupaten Alor sekarang sudah jauh lebih mudah. Dari Kupang, ibu
kota Provinsi NTT, tersedia pesawat terbang ke Alor yang beroperasi
lima kali dalam seminggu. Bahkan, ada juga maskapai pesawat yang
melayani rute dari Surabaya dan Jakarta ke Bandara Mali di Alor.
Sedangkan bagi Anda yang memilih menempuh perjalanan lewat jalur laut,
Anda bisa memanfaatkan layanan kapal ferry. Layanan kapal laut dari
Kupang ke Alor tersedia dua kali dalam seminggu (www.denmasdeni.wordpress.com).
Setelah sampai di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Anda bisa meneruskan perjalanan ke Kampung Takpala dengan menggunakan ojek sepeda motor dengan ongkos Rp20.000,- sekali jalan. Jarak antara Kalabahi dengan Takpala adalah sekitar 13 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 20 menit sampai 30 menit (www.alorguide.blogspot.com). Jika Anda memilih menumpang kendaraan umum, Anda dapat berangkat dari Terminal Kalabahi dan naik bus jurusan Bukapiting, kemudian turun di Takalelang di Desa Lembur Barat. Dari sini Anda bisa langsung meneruskan ke Kampung Takpala dengan naik motor ojek atau berjalan kaki. |
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Quote:
Meski
belum sepopuler obyek wisata bertaraf internasional lainnya yang ada di
Indonesia, namun obyek-obyek wisata di Kabupaten Alor, termasuk Kampung
Tradisional Takpala, sudah cukup sering dikunjungi wisatawan
mancanegara. Untuk itulah, Pemerintah Kabupaten Alor terus berusaha
meningkatkan promosi serta publikasi yang disertai peningkatan fasilitas
sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata di Alor.
Quote:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar